BAB I | Utopia
Utopia
Utopia adalah suatu keadaan di mana manusia mencapai titik kesempurnaan yang sangat diidamkan. Di mana tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi kekecewaan, tidak ada lagi kesulitan, dan tidak ada lagi batasan. Yang ada hanyalah kemudahan, kegembiraan, kesenangan, dan kebebasan. Suatu keadaan yang nyaris sempurna seperti surga di dunia.
Keadaan ini hanya akan dicapai ketika agama dan aturan kebudayaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dihilangkan.
Saat manusia dengan teknologinya seolah menggeser posisi Tuhan, mulai dari teknologi medis yang begitu maju hingga manusia bisa menciptakan organ-organ tubuh buatan dan rekayasa genetik yang dapat menunda penuaan, manipulasi genetika fisik seperti bentuk wajah, warna rambut, dan postur tubuh. Sehingga manusia bisa memiliki kondisi fisik sesuai dengan yang diinginkan, serta teknologi medis yang mampu membuat rahim buatan layaknya inkubator, sehingga wanita tidak lagi merasakan sakitnya mengandung dan melahirkan. Terbebas dari segala macam penyakit, mampu mengobati kecacatan selama dalam kandungan hingga terlahir dengan sempurna. Hingga tiba pada satu titik di mana tanpa sadar menjadi tua dan kematian hanyalah sebuah pilihan.
Mulai dari penemuan reaktor fusi nuklir yang akan menghasilkan sumber daya yang tak terbatas, penemuan bioteknologi yang dapat mencegah gagal panen karena cuaca ekstrem, hingga pengembangan AI atau kecerdasan buatan berbasis kemanusiaan yang dapat mengatur negara agar terwujudnya keadilan tanpa ada intervensi keserakahan manusia. Dengan kata lain, "manusia dipimpin oleh robot," hingga manusia bisa hidup tanpa bekerja berlebihan.
Teknologi yang begitu maju dapat memenuhi kebutuhan manusia secara instan, hingga pada satu titik di mana bisa dikatakan tidak ada lagi kematian, tidak ada lagi sengsara karena masalah, dan tidak ada lagi kesedihan. Maka manusia akan menuju keadaan yang utopis, di mana semua berjalan sesuai kehendak manusia itu sendiri.
Namun, ironisnya, manusia tidak akan pernah merasakan lagi betapa bahagianya ketika kita menyelesaikan masalah walaupun dalam keadaan lelah. Betapa bermaknanya harapan yang kita impikan terwujud karena usaha kita. Betapa bahagianya kita ketika kita mensyukuri apapun yang ditetapkan Tuhan kepada kita. Betapa bahagianya seorang anak yang terlahir buta dan dapat melihat untuk pertama kalinya. Dan betapa bergembiranya seorang ibu yang melihat tangisan bayinya setelah melewati sulitnya mengandung dan melahirkan. Dan betapa bahagianya ketika kita berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mempersiapkan hari kematian. Karena hakikat dari kesempurnaan adalah,
"Sesungguhnya ketidaksempurnaanmu-lah yang menyempurnakanmu."
Kebahagiaan hanya akan dicapai ketika kita menyadari eksistensi diri kita sebagai makhluk yang begitu lemah, begitu rentan dengan sifat salah, dan membutuhkan sandaran serta pegangan. Memang benar kebahagiaan itu bukan dicari melainkan diciptakan. Namun, ingatlah bahwa komponen untuk membentuk kebahagiaan kita didapatkan dari kumpulan takdir Tuhan terhadap impian dan harapan.
sungguh romantisnya kata-katamu kawan..
BalasHapus#Purefull
Inti nya bersyukur ajaš
BalasHapusSelalu bersyukur apapun itu.š
BalasHapusManusia tidak akan sampai ke titik itu.
BalasHapusDunia tidak akan pernah menjadi seindah itu..
BalasHapus